Teks eksposisi oleh Yessi Yualisa



Teks eksposisi
BEBAS BANJIR, MUNGKINKAH?
Pernyataan pendapat
Di Asia, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang hampir setiap tahun mengalami banjir, hampir setiap tempat rawan banjir pada musim penghujan. Banjir seakan menjadi tamu rutin pada saat musim penghujan tiba. Persoalan ini bahkan menjadi agenda mendesak untuk segera dipecahkan sebab bencana ini telah menjadi rutinitas Ibu Kota Jakarta. Hal ini tentu menjadi beban tersendiri bagi Ibu Kota Jakarta.
Menurut pendapat saya, negara Indonesia bisa bebas dari banjir jika memperhatikan faktor faktor peyebab banjir yang selama ini tidak ditangani dengan baik.

Argumen 1
Pertama, dengan cara retensi (resapan) DAS.  Retensi DAS dapat ditingkatkan dengan progam penghijauan yang menyeluruh baik di perkotaan, pedesaan atau kawasan lain, mengaktifkan reservoar-reservoar alamiah, pembuatan resapan-resapan air hujan alamiah dan pengurangan atau menghindari sejauh mungkin pembuatan lapisan keras permukaan tanah yang dapat mengakibatkan sulitnya air hujan meresap ke tanah.
Semakin besar retensi suatu DAS semakin baik, karena air hujan dapat dengan baik diresapkan dan secara perlahan-lahan dialirkan ke sungai hingga tidak menimbulkan banjir di hilir. Manfaat langsung peningkatan retensi DAS adalah konservasi air di DAS terjaga, muka air tanah stabil, sumber air terpelihara, kebutuhan air untuk tanaman terjamin dan fluktuasi debit sungai dapat stabil.

Argumen 2
Kedua, mengganti konsep drainasi konvensional. Konsep ini mengartikan drainasi sebagai upaya mengatuskan air secepat-cepatnya ke sungai dan selanjunya ke hilir. Konsep ini jelas menimbulkan banjir bagian hilir di musim penghujan. Karena seluruh air yang seharusnya meresap ke tanah dan akan muncul sebagai mata air nantinya, dipaksakan secepatnya dibuang ke hilir.
Sebaiknya konsep drainasi konvensional diganti menjadi konsep drainasi ramah lingkungan (ekodrainasi) , yaitu upaya mengalirkan air kelebihan di suatu kawasan dengan jalan meresapkan air tersebut lalu mengalirkan secara alamiah dan bertahap ke sungai. Metode yang cocok misalnya dengan pembuatan kolam kecil untuk penampungan air hujan dan pembuatan sumur-sumur resapan alamiah.

Argumen 3
Ketiga, pengerukan sungai yang dangkal. Pengerukan dapat dilakukan pada sungai yang dangkal ketika sungai sudah tidak mampu menampung debit air berlebih Pendangkalan sungai berarti terjadinya pengecilan tampang sungai, hingga sungai tidak mampu mengailrkan air yang melewatinya dan akhirnya meluap. Pendangkalan sungai dapat diakibatkan oleh proses sedimentasi yang terus-menerus, terutama dibagian hilir sungai. Selain itu, akumulasi endapan sampah yang dibuang masyarakat ke sungai juga mempengaruhi pendangkalan sungai.
Selain dilakukan pengerukan padaa sungai perlu juga dilakukan sosialsasi kepada masyarakat yang berada disekitar sungai berupa peraturan pelarangan dan sanksi pembuangan sampah di sungai bahkan jika perlu dibentuk polisi sungai yang bertugas menjaga sungai secara profesional.

Argumen 4
Terakhir, metode memaneh hujan juga dapat dilakukan untuk menanggualangi banjir. Metode ini berguna dalam rangka penanggulangan ketimpangan air di musim hujan dan kemarau, kekurangan pasokan air bersih serta penggulangan banjir dan kekeringan. Memanen air hujan dapat didefinisikan sebagai upaya menampung air hujan sehingga dapat untuk kebutuhan air bersih.
Cara sederhana misalnya tiap keluarga secara individual membuat kolam tandon dibawah rumah atau dibawah teras. Untuk rumah sederhana dan rumah tingkat atau hotel dapat digunakan kolam tandon verikal bentuk silinder dengan diameter 1-2 meter, disesuaikan dengan desain rumah yang ada, sehingga pengalirannya dapat dengan metode gravitasi.

Penegasan ulang pendapat
Dengan demikian, berdasarkan argumen diatas, negara Indonesia bisa saja terbebas dari bencana bajir. Karena sudah jelas selama ini negara Indonesia menggunakan sistem yang salah. Pemerintah hanya perlu mengganti sistem yang digunakan sekarang dengan sistem yang ada di atas.

0 komentar:

Posting Komentar